PENDAHULUAN
Pendidikan
pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk membantu mengarahkan yang
dicapainya sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Ahmadi (1991)
menyatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan interaksi
dari beberapa faktor yang mempengaruhi baik itu yang berasal dari dalam maupun
dari luar.
Kenyataan
yang sering kita hadapi ada sejumlah siswa yang memperoleh hasil belajar di
bawah rata-rata, atau bahkan membandingkan dengan nilai rata-rata yang
diperoleh oleh teman sebangkunya atau kelompoknya dengan potensi yang
dimilikinya serta hasil belajar secara potensial diharapkan memperoleh hasil
belajar yang tinggi, akan tetapi prestasinya kurang dari dirinya.
Misalkan
disekolah SMP di Medan, nilai biologi tergolong rendah dengan ketuntasan
belajar 70%, sedangkan nilai rata-rata 62,5%. Hasil belajar siswa digolongkan
baik bila siswa memperoleh nilai 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar siswa masih rendah dikarenakan menggunakan cara mengajar konvensional
yaitu dengan cara metode ceramah. Karena pembelajaran berpusat pada guru,
sehingga siswa menjadi bosan dan tidak bersemangat, dan tidak termotivasi untuk
mengusai materi. Dan siswa belum mempunyai cara belajar yang menyenangkan dan
terkonsep.
Quantum
learning merupakan metode yang mengedepankan unur-unsur kebebasan, santai
menyenangkan dan menggairahkan, serta indikator dalam pembelajaran quantum
adalah siswa, sedangkan peranan guru adalah bertindak sebagai fasilitator dan
moderator yang mengarahkan apa yang menjadi keinginan siswa dalam proses
pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran quantum bisa menggunakan media
audio (musik) yang lembut supaya mengurangi sedikit beban yang akan siswa
hadapi saat belajar.
Cara
inilah yang paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak untuk kembali
mengambil informasi dari dalam otak. Sedangkan peta pikiran merupakan teknik
yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena
menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat
untuk menyediakan kunci secara universal sehingga membuka potensi otak.
PEMBAHASAN
A. Quantum Learning
Quantum learning
adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang
dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan
umum digunakan.
Quantum learning
berakar dari penemuan Georgi Lozanov yang berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di
dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong
lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel.
Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning,
pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi
kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara
lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang
sehat.
Quantum
learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini
meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan
NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan
tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang
paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar
terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992).
Sebagai
contoh studi kasus yang dihadapi siswa saat ini, yaitu dimana para siswa
dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak
manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein.
Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana
proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning,
dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7
tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan
kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”.
Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah
menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan
bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk
terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam
proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan
tepukan.”
Berdasarkan
penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia
bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan
linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal,
interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor
sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif
(melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih
tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).
Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses
berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional),
misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang
bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan
detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Proses berpikir otak kanan (yang bersifat
acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses
pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan
emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu
benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan
warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua
itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya
“emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat
unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya,
terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan
keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan dirinya.
Penataan
lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro.
1. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik
melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan
penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi
peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya
yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran
umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian
kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat
khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan
suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong
siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan
sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja
serta akhirnya konsentrasi siswa.
2. Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta
didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta
untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke
lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan
lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin
mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta
berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan
masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan
pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti
mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak
ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut
(untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini
diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan
perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang
diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan
lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu
yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
B.
Belajar tentang cara belajar ( Learning How to Learn )
Dalam dunia pendidikan,
guru dan murid harus bekerjasama. Tugas guru membimbing para muridnya agar
menyerap pelajaran dengan baik sesuai kapasitas, potensi dan minat anak didik.
Adapun tugas murid adalah belajar dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab
sehingga apa-apa yang diajarkan dapat dipahami dengan baik dan diamalkan dalam
kehidupannya.
Untuk itu, masing-masing
pihak, guru dan murid perlu memiliki keterampilan. Itulah keterampilan belajar
dan mengajar. Buat guru, keterampilan tersebut meliputi bagaimana menyusun
bahan ajar yang baik sehingga para murid dapat belajar dengan penuh minat,
semangat, sekaligus menyenangkan. Adapun murid perlu belajar bagaimana agar
dapat menguasai pelajaran dengan baik sehingga nantinya bisa diaplikasikan.
Keterampilan tersebut diantaranya adalah bagaimana membaca dengan cepat dan
efektif, bagaimana cara memahami dengan baik sehingga akan diingat dalam jangka
panjang serta cara mencatat yang mudah diingat dan menjadi referensi berguna di
masa mendatang.
Sayangnya, keterampilan
seperti ini terkadang tidak dimiliki baik oleh guru dan siswa. Akibatnya, kedua
belah pihak frustasi satu sama lain. Guru pontang panting menjelaskan sesuatu
tapi tidak diperhatikan oleh murid-muridnya. Sementara sang murid frustasi
dengan bahan pelajaran yang bertumpuk dan tidak tau bagaimana bisa menyelesaikannya.
Karena kurangnya
keterampilan belajar dan mengajar ini pada akhirnya akan berdampak pada
kualitas para pelajar kita. Mereka mungkin saja tamat dari sekolah dan
menyelesaikan perguruan tinggi, namun sedikit sekali ilmu yang menempel dan
akhirnya bisa dipakai dalam keseharian. Para pelajar lebih senang dengan jalan
pintas dan menghafal apa yang diprediksi akan keluar dalam ujian. Belajar bukan
lagi untuk memahami dan menghayati melainkan berubah menjadi proses mengejar
nilai dan kelulusan.
Adapun di negara-negara
yang lebih maju, saya memperhatikan para murid tidak hanya dibebani dengan
bahan pelajaran, melainkan mereka juga dibekali dengan bagaimana caranya
belajar dengan baik. Karenanya tak jarang ada kelas khusus yang mengajarkan
bagaimana cara membaca yang lebih efektif dan efisien. Bagaimana meningkatkan
konsentrasi sehingga dapat memahami pelajaran dengan baik. Dan cara mencatat
yang terstruktur, kreatif dan menyenangkan sehingga apa-apa yang ditulis akan
menjadi informasi berharga sepanjang masa. Tidak hanya itu, mereka juga diberi
kesempatan untuk melatih dan mengembangkan minat sejak dini sambil terus
mengasah keterampilan khusus yang dimiliki masing-masing individu. Hal yang
sama berlaku buat para guru. Mereka juga belajar bagaimana cara menyampaikan
materi di depan kelas, bagaimana menciptakan ruang kelas yang hidup dan
menyenangkan, bagaimana proses belajar menjadi diskusi interaktif yang memberi
nilai tambah bagi para murid dan guru itu sendiri.
C. Belajar
secara Menyeluruh ( Global learning)
Strategi
Pembelajaran Quantum merupakan sebuah model pembelajaran menyeluruh. Sekalipun
tidak dirumuskan secara eksplisit bahwa
model pembelajaran Quantum merupakan sebuah model pembelajaran menyeluruh,
namun hal ini bisa dilihat dari berbagai aspek yang terkandung di dalamnya
seperti cakupan teori-teori, karakteristik, serta kerangka dari model dimaksud.
1. Mencakup Banyak Teori:
Teori
yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated Learning, Multiple
Intelligences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, dan
Elements of Effective Instruction sehingga Quantum Teahing merangkaikan sebuah
kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan
otak yang didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu: 1) teori otak
kanan/kiri; 2) teori otak triune (3 in 1); 3) pilihan modalitas (visual,
auditorial dan kinestetik); 4) teori kecerdasan ganda; 5) pendidikan holistic
(menyeluruh); 6) belajar berdasarkan pengalaman; 7) belajar dengan symbol, dan
8) simulasi/permainan.
2. Berdasarkan Karakteristik:
a. Berpangkal pada
psikologi kognitif.
b.
Bersifat humanistik, manusia selaku
pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan
meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar
dihargai. Kesalahan adalah hal yang manusiawi.
c.
Bersifat konstruktivistis, artinya
memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia
selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks
pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau
potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang
seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
d. Memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan
interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan
pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi
keberhasilan pembelajar.
e.
Menekankan pada percepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan
halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyenangkan,
lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
f. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman,
segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
g. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan
proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan
pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama
pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
h. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis.
Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
i.
Menyeimbangkan keterampilan akademis,
keterampilan hidup dan prestasi material.
j. Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif
dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak
dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses
pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak
diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
k. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan
sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya
adanya pengakuan keragaman gaya
belajar siswa dan pembelajar.
l. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan
hasilnya lebih optimal.
3. Prinsip Dasar:
Prinsip
dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:
a. Bawalah dunia mereka (siswa) ke
dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka
(siswa).
b. Proses pembelajaran bagaikan
orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Segalanya
Berbicara
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu mulai dari ruang kelas sampai bahasa
tubuh guru, mulai dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa
rencana pelakanaan pembelajaran “berbicara”— semuanya mencerminkan
pembelajaran.
2) Segalanya bertujuan. Semua yang
terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.
3) Pengalaman mendahului pemberian
nama. Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi
terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya
rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan.
4) Akuilah setiap usaha. Dalam proses
pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun
salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk
keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.
5)
Jika layak dipelajari, maka layak pula
dirayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak
pula dirayakan keberhasilannya.
c. Pembelajaran harus
berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci keunggulan dalam
pembelajaran kuantum yaitu:
1) terapkan hidup dalam integritas, dalam
pembelajaran sebagai bersikap apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga akan
meningkatkan motivasi belajar.
2) akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan.
Jika mengalami kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus tetapi
memberikan informasi kepada kita untuk belajar lebih lanjut.
3) berbicaralah dengan niat baik. Dalam
pembelajaran hendaknya dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif
dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan niat
bicara yang baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi.
4) tegaslah komitmen. Dalam pembelajaran baik
guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu.
5) jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa
dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang
bermakna dan bermutu.
6) tetaplah lentur. Seorang guru terutama harus
pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.
7) Pertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran,
pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran
agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
4. Kerangka Perencanaan Pembelajaran
Quantum
Kerangka perencanaan pembelejaran
kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu:
a. Tumbuhkan.
Konsep
tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke
dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya,
sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling
memahami.
Secara
umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan
keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan
diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran
dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan
yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta
tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa
ingin tahu.
Berikut
pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa
pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi
siswa? Pada bagian apa siswa tertarik/bermakna?
Stategi
untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan
pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media
yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman
seseorang.
b. Alami.
Tahap
ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada
kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru
harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa
sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
Pertanyaan
yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa
memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan
yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?
Strategi
konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan
memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang
telah dimiliki.
c. Namai
Konsep
ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan
memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai
pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan
dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi
belajar. Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep NAMAI yaitu
perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan
pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan
untuk siswa ketahui atau siswa gunakan?
Strategi
implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat
Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
d. Demonstrasikan
Tahap
ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan
siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan
siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Panduan
guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa dapat memperagakan
tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat
membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan
siswa.
Strategi
yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi
dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan
tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
e. Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada
rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan
untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu
ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.
Panduan guru untuk memasukan tahap
ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini?
Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?
Strategi untuk mengimplementasikan
yaitu bias dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan
kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok
lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan post tes.
f. Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup
pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha,
ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan.
Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa
dalam belajar lehi lanjut.
Panduan pertanyaan dalam diri guru
untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai
untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi
mereka?
Strategi yang dapat digunakan adalah
dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
KESIMPULAN
Quantum learning mengonsep
tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan
ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap
positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan
belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur
lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah
pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar
Dalam proses
pembelajaran unsur-unsur yang terdiri dari suasana, lingkungan, landasan,
rancangan, penyajian dan fasilitasi disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menciptakan kesuksesan belajar siswa. Konteks menata panggung belajar mempunyai
empat aspek yaitu :
Suasana
Suasana kelas mencakup bahasan yang dipilih, cara menjalin simpati dengan
siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh
kegembiraan, akan membawa kegembiraan pula dalam belajar.
Landasan.
Kerangka kerja yaitu tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur,
dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja
dalam komunitas belajar.
Lingkungan
Adalah cara guru menata ruang kelas meliputi pencahayaan, warna, pengaturan
meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
Rancangan.
Penciptaan terarah unsur-unsur penting yang dapat menumbuhkan minat siswa,
mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar