Dalam teknologi pembelajaran
secara konseptual pendidikan didefinisikan merupakan teori dan praktek, dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian
proses, sumber, dan system untuk belajar (modifikasi Seels & Richey, 1994).Menurut Joyce dan Weil, yang dimaksud dengan
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang
lainnya.Sementara yang dimaksud dengan model desain pembelajaran adalah
aktivitas pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap
komponen-komponen pembelajaran.
A. Model PPSI ( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Model pembelajaran PPSI berkembang pada tahun 1975, yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen yaitu MBO (
Manajemen by Objective). Model PPSI ini muncul dilatarbelakangi oleh paradigma
bahwa pendidikan merupakan suatu proses, maka diasumsikan bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan sistem, dalam hal ini guru baru sebatas menyalurkan
wawasan, belum bertanggung jawab secara profesional, adapun latarbelakang lain
adalah tuntutan dari kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi,
efisiensi, efektivitas dan kontinuitas.
Konseptual model PPSI merupakan sistem instruksional yang
menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang
terdiri dari berbagai kompoen yang saling terhubung dalam rangka mencapai tujuan.
Sedangkan fungsi dari PPSI adalah mengefeftifkan perencanan dan pelaksanaan
program pengajaran secara sistemik dan sistematis, yang menjadi pedoman bagi
pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Sistem Instruksional dalam PPSI menunjuk pada pengertian
suatu system, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Komponen – komponen tersebut diantaranya: materi, metode dan
evaluasi.
Bagan diatas ini merupakan model Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI):
Langkah 1:
Menentukan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Langkah 2:
Pengembangan alat Evaluasi
Langkah 3:
Membuat materi-materi/ bahan pengajaran yang
diperoleh melalui hasil analisis dari Test yang dilakukan pada tahap kedua
Langkah 4:
Tentukan komponen-komponen program pengajaran
Langkah 5:
Tahap penerapan system pengajaran yang sudah
dirancang dan dilakukan evaluasi
a. Merumuskan TIK à rumusan ini tentang kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dimiliki oleh siswa sesudah mengikuti suatu program pengajaran
tertentu. Kemampuan tersebut dapat dirumuskan secara spesifik dan operasional
sehingga dapat diukur.
b. Menyusun Alat Evaluasi à mengubah atau mempertegas rumusan tujuan
instruksional sehingga dapat diukur. Dalam mengembangkan alat evaluasi ini
perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis test yang digunakan, baik itu test
tertulis, test lisan.
c. Menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran
à ini berfungsi sebagai merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menetapkan
kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan.
d. Merencanakan program kegiatan à suatu pelajaran yang diambil dari satuan
kurikulum yang ditentukan jumlah jam pelajarannya. Langkah ini perlu disusun
secara strategis proses pengajaran dengan jalan merumuskan peranan dan kegiatan
belajar-mengajar yang sistematis sesuai dengan situasi di kelas.
e. Melaksanakan Program à pertama adalah dilakukan test kemampuan awal,
menyampaikan materi pelajaran dan mengadakan evaluasi test akhir.
Pengembangan system instruksional ialah proses menciptakan
situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi, sehingga
terjadi perubahan perilaku pengembangan system ini memerlukan pemantauan
interaksi siswa. Pengembangan ini senantiasa didasarkan pada pengalaman.
Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada langkah-langkah
secara system ; cara mencapainya dipilih cara-cara tertentu, kondisi, dan
perubahan. Hasil uji coba member informasi yang dapat dijadikan bahan penilaian
perihal tingkat kesulitan suatu program pembelajaran. Sedangkan model ialah
prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses melaksanakan pengembangan
system pengajaran sesuai kebutuhan.
B. MODEL GLESSER
Robert
Glasser (1962) telah mengembangkan suatu model pembelajaran yang membagi proses
belajar – mengajar dalam empat komponen atau tahapan.
Model Glasser
·
Instructional Goals à pembelajaran dilakukan dengan cara
melihat langsung atau menggunakan objek sesuai dengan mata pelajaran dan tujuan
pembelajaran. Jadi seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal
ini siswa lebih ditekankan pada praktek.
·
Entering Behaviour à pelajaran yang diberikan pada siswa
dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, siswa terjun langsung ke
lapangan
·
Instructional procedures à membuat prosedur pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa. Sehingga pembelajaran
sesuai dengan proseduralnya.
·
Performance assessment à pembelajaran diharapkan dapat mengubah
penampilan atau perilaku siswa secara tetap atau perilaku siswa yang menetap.
Menurut
Glasser, sekolah pada umumnya berhasil membina perilaku ilmiah, meskipun
demikian adakalanya sekolah gagal membina kehangatan hubungan antar pribadi.
Agar sekolah dapat membina kehangatan hubungan antar pribadi, maka yang harus
dilakukan adalah:
1. Guru
memiiki rasa keterlibatan yang mendalam
2. Guru
dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak perilaku tidak
bertanggung jawab
3. Siswa
mau belajar cara berperilaku yang lebih baik. Agar siswa dapat membina
kehangatan hubungan antar pribadi, dan guru perlu menggunakan strategi mengajar
secara khusus
C.
Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model
pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang
sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan
pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap
komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang
satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Model
yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman
perencanaan mengajar.Pengembangan sistem instruksional menurut model ini
melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut.
Unsur-unsur
dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely
1) Merumuskan
tujuan pembelajaran (specification of
object)
Tujuan
instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada
tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat jelas
(tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan
dinilai.
2) Menentukan
isi materi (specification of content)
Bahan
atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran
atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya.Isi materi berbeda-beda
menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.Pemilihan materi haruslah spesifik
agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah
dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3) Menurut
kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Kemampuan
awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal.Pengetahuan tentang kemampuan
awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang
tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.Pengetahuan tentang
kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan,
misalnya apakah perlu persiapan remedial.
4) Menentukan
teknik dan strategi (Determination of
strategy)
Menurut
Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam
memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan
siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini
pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan
sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose
(espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya
lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih
mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian
instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk
menyajikan pesan atau informasi instruksional.
5) Pengelompokan
belajar (Organization of groups)
Setelah
menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana
kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar
secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang
berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif
siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
6) Menentukan
pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan
strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak
mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian
besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi,
untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin
keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus
dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
7) Menentukan
ruang (Allocation of space)
Sesuai
dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.5, alokasi ruang
ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih
efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau
mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar.
8) Memilih
media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan
media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati.Jadi tidak sekadar
yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi
media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) manusia
dan benda nyata, (b) media visual
proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dan (e) media display.
9) Mengevaluasi
hasil belajar (evaluation of performance)
Kegiatan
belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan
media instruksional.Hakiakat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada
akhir kegiatan instruksional.Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di
atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar
tersebut dievaluasi.Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan
dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif.Oleh sebab itu,
tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa yang
terukur dan dapat diamati.
Gerlach
dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5 kategori:
- Manusia dan
benda nyata
- Media
visual proyeksi
- Media audio
- Media cetak
- Media
display
10) Menganalisis
umpan balik (analisys of feedback)
Analisis
umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional
ini.Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun
tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah
sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional tersebut
sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
Gerlach dan Ely
mengatakan bahwa melalui tesEnteryngBehaviors
(kemampuan awal) siswa, guru akan mengetahui apa yang dibawa atau yang telah
diketahui oleh siswa terhadap sesuatu pelajaran pada saat (pelajaran) dimulai.
Para perancang pembelajaran atau guru dalam mengembangkan satuan pelajaranya
dia harus mengetahui; siapa kelompok, populasi, atau sasaran kegiatan
pembelajaran tersebut?Perlunya guru atau perancang pembelajaran mengetahui
kemampuan awal ini, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, karena
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa terdapat juga pengetahuan yang
merupakan prerequisit bagi tugas
belajar yang baru.Untuk mengetahui kemampuan awal sekelompok siswa atau
mahasiswa perlu diadakan tes awal (pre-test).Tes
awal mempunyai fungsi atau tujuan yang berharga dan penting bagi pengembangan
suatu pembelajaran.
Kelebihan model
pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
- Cocok
digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model
pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
- Tidak
adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
D.
Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
Menurut Kemp, desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan fungsi
yang saling berhubungan dan mesti dikerjakan secara logis agar mencapai apa
yang diinginkan.
Model Kemp
adalah sebuah pendekatan yang mengutamakan sebuah alur yang dijadikan pedoman
dalam penyusunan perencanaan program. Alur tersebut merupakan rangkaian yang sistematis yang menghubungkan
tujuan hingga tahap evaluasi.
Komponen-komponen
dalam model pembelajaran Kemp ini dapat berdiri sendiri, sehingga sewaktu-waktu
tiap komponennya dapat dilakukan revisi.
Model pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai
dari Sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam membuat model Kemp:
1. Untuk siapa program itu dirancang? (ciri pebelajar)
2. Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
3.
Bagaimana isi bidang studi dapat
dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
4. Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung? (evaluasi)
Desain Model Pembelajaran Jerold E. Kemp diarahkan untuk menjawab tiga pertanyaan berkaitan
dengan hal-hal yang diperlukan dalam mendesain pembelajaran berikut:
1. Apa yang mesti diajarkan?
2. Apa prosedur dan sumber yang akan digunakan untuk menjangkaumutu
pembelajaran yang diinginkan?
3. Bagaimana caranya kita untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari
pembelajaran tersebut?
Pada dasarnya,perencanaan
dalam desain pembelajaran terdiri atasdelapan langkah:
a. Menentukan tujuan dan daftar
topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik
pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak
ukur perilaku pelajar;
d. Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar
belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan
tujuan yang diharapkan,
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan
rencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi pembelajaran siswa
dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat
kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan.
Proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Setiap guru / pengajar berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang siswanya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
1 komentar:
Cantumin nama yg buatnya tolong, buat tugas
Posting Komentar